TJILIK RIWUT – DARI HUTAN KALIMANTAN UNTUK INDONESIA

Kapuas Bersinar – Rubrik Tokoh & Pahlawan

Pada suatu pagi di tahun 1946, langit Kalimantan tak seperti biasa. Pesawat Dakota melayang di atas hutan lebat, dan dari perut besi itu melompatlah sekelompok pejuang. Mereka bukan tentara berpakaian lengkap, tetapi anak-anak muda yang membawa keyakinan dalam dada. Salah satu di antara mereka adalah seorang putra Dayak bernama Tjilik Riwut.

Ia tak hanya membawa parasut dan ransel, tapi juga tekad untuk menyatukan rakyat Kalimantan dengan Republik Indonesia yang baru merdeka. Ia tahu, perjuangan tidak cukup dilakukan dari Jawa saja — Kalimantan juga harus bersuara, Kalimantan juga harus merdeka.


🌿 Anak Rimba yang Mengabdi untuk Republik

Tjilik Riwut lahir di Kasongan, sebuah desa di tepi Sungai Katingan. Sejak kecil, ia mengenal hutan dan adat Dayak. Tapi takdir membawanya jauh — hingga ke Pulau Jawa untuk belajar, lalu menjadi jurnalis, aktivis, dan pejuang. Ia bergabung dengan Gerakan Indonesia Muda, dan ketika Proklamasi dikumandangkan, hatinya pun tergerak: “Dayak juga adalah Indonesia.”


🛩️ Misi Rahasia: Terjun ke Kalimantan

Ketika banyak orang masih ragu bahwa Kalimantan bisa menjadi bagian dari Indonesia, Tjilik Riwut diberi tugas penting: memimpin misi penerjunan pasukan pertama ke Kalimantan untuk menggalang dukungan rakyat Dayak.

Ia melompat dari langit, tertangkap Belanda, tapi tak pernah menyerah. Penjara tidak memadamkan semangatnya. Karena bagi Tjilik, perjuangan adalah soal keyakinan — bukan soal menang atau kalah.


🏛️ Pemimpin yang Merakyat

Tahun 1958, Presiden Soekarno menunjuknya sebagai Gubernur pertama Kalimantan Tengah. Ia membangun Palangka Raya, bukan hanya sebagai ibu kota, tapi juga sebagai simbol kerukunan, keterbukaan, dan masa depan.

Ia dikenal merakyat, sering turun langsung ke desa, berbicara dengan bahasa Dayak, dan memperjuangkan pendidikan serta hak-hak masyarakat adat.


🕊️ Warisan yang Tak Tergantikan

Kini, Bandara Tjilik Riwut di Palangka Raya menjadi saksi bisu perjuangannya. Tapi warisan sejatinya bukan pada bangunan atau nama jalan, melainkan pada semangat keberanian, keikhlasan, dan cinta tanah air yang ia tanamkan di hati rakyat Kalimantan Tengah.

“Dayak tidak hanya bagian dari Indonesia. Dayak adalah Indonesia.”
— Tjilik Riwut


✍️ Kenapa Kita Harus Ingat?

Tjilik Riwut adalah contoh bahwa pahlawan tidak harus membawa senjata — cukup membawa keyakinan dan cinta untuk bangsanya. Di tengah dunia yang semakin individualistis, kisahnya adalah pengingat bahwa keberanian, pengorbanan, dan persatuan tetap relevan untuk masa kini.


📌 Ditulis oleh Redaksi Kapuas Bersinar – Untuk mengenang para tokoh yang membuat tanah ini bersinar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *